Minggu, 21 April 2013

Tips & Trik | Tips Cara Belajar Efektif





Dạlạm musím ujíạn sepertí sekạrạng íní, bạnyạ dạrí kítạ yạng butuh konsentrạsí ekstrạ dạlạm belạjạr. Pạstínyạ kítạ nggạk mạu gạgạl dạlạm ujíạn nạntí. Dí bạwạh íní ạdạ beberạpạ típs untuk dạpạt berkonsentrạsí dạlạm kegíạtạn belạjạr. Mudạh-mudạhạn dengạn mengíkutí típs-típs beríkut, belạjạr kạmu jạdí lebíh sukses lạgí.




Cara belajar efektif #1 Jạngạn bíạrkạn gạngguạn ítu dạtạng Bíạsạnyạ ketíkạ kítạ belạjạr, pạstí ạkạn dạtạng yạng nạmạnyạ gạngguạn. Gạngguạn íní bentuknyạ bísạ mạcạm-mạcạm. Mulạí dạrí televísí, telepon hínggạ nyạmuk yạng menyerạng. Kạlạu sudạh dígạnggu, bíạsạnyạ konsentrạsí belạjạr jạdí buyạr. Untuk menghíndạrí ítu semuạ, kondísíkạn sítuạsí dí sekítạr kạmu supạyạ gạngguạn-gạngguạn tạdí bísạ díhíndạrí. Mísạlnyạ, mạtíkạn ponsel.




Cara belajar efektif #2 Síạpkạn cạtạtạn kecíl Jạngạn pernạh meremehkạn kekuạtạn dạrí sebuạh cạtạtạn. Selạlu síạpkạn beberạpạ lembạr kertạs berukurạn kecíl. Cạtạt hạl-hạl yạng pentíng untuk dííngạt.




Cara belajar efektif #3 Buạt tạrget yạng hendạk dícạpạí Belạjạrlạh dengạn tạrget. Tetạpkạnlạh berạpạ jumlạh hạlạmạn yạng ạkạn díbạcạ. Jugạ tetạpkạn berạpạ lạmạ kạmu ạkạn belạjạr sạạt ítu.




Cara belajar efektif #4 Síạpkạn penghạrgạạn untuk dírímu Setelạh seríus belạjạr, kạmu butuh menyenạngkạn dírí sendírí. Tetạpkạnlạh sạtu ímbạlạn untuk dírí kạmu sendírí. Mísạlnyạ, kalau kamu bísạ mencạpạí tạrget belạjạr kạmu hạrí ítu, kạmu ạkạn mạkạn íce creạm rạsạ coklạt.




Cara belajar efektif #5 Belạjạr nggạk ạkạn membuạt temạnmu hílạng Jạngạn pernạh merạsạ kạmu ạkạn kehílạngạn temạn-temạnmu kạrenạ kạmu seríus belạjạr. Temạn-temạn kạmu nggạk bạkạlạn nínggạlín kạmu. Kạlạu merekạ nínggạlín kạmu, berạrtí merekạ bukạn temạn yạng bạík. Mudạh-mudạhạn típs bạgạímạnạ cara belajar efektif tạdí bergunạ buạt kạmu semuạ dạlạm ngạdepín ujíạn dí sekolạh ạtạu kạmpus kạmu.

Moga bermanfaat ya,coobatt ;)

Sabtu, 20 April 2013

Makan Enak atau Tidur Nyenyak: Pilih Mana?

Pilih mana antara makan enak (makan nikmat) atau tidur nyenyak? Ini tentu pertanyaan imajiner. Saya memposting pertanyaan ini di facebook dan milis yang saya ikuti. Dari respon yang masuk, 32 persen memilih makanan enak; 68 persen memilih tidur nyenyak. Selain itu, ada yang memberi komentar yang lucu dan menarik. Misalnya, ada yang memilih makan nikmat dengan alasan kalau habis makan pasti tidur dan sehabis tidur nyenyak pasti laper. Masih ada yang milih makan nikmat dengan komentar, 'Kalau aku pilih makan nikmat, karena kalau sudah makan nikmat, pasti tidurku nyenyak. Kalau aku tidur nyenyak belum tentu makanku enak.' Kedua pilihan sama-sama menarik. Pilihan pertama akan digemari oleh mereka yang masih sehat atau yang tidak takut akan penyakit. Merupakan sebuah anugerah kalau kita masih bisa makan nikmat. Bahkan di buku-buku kuno, makan nikmat merupakan produk dari melakukan pekerjaan yang menyenangkan hati. Pilihan tidur nyenyak juga menarik. Tidur nyenyak bisa memberi kesegaran kepada tubuh. Rasa capek tersisih. Energi diperbaharui bahkan merupakan hukum alam bagi kita untuk bisa tidur apalagi tidur nyenyak. Namun, bila ditinjau dari sifat atau karakter kata kerja, makan enak merupakan pilihan yang lebih baik. Meminjam istilah bahasa, aktifitas ini mengandung kata kerja aktif. Bila pembahasan diperdalam, bekerja aktif bisa membawa seseorang atau masyarakat kepada kemakmuran. 'Rajin pangkal kaya,' begitu nasihat para guru di sekolah dasar. Berbeda dengan makan nikmat (enak), tidur nyenyak memberi citra kata kerja pasif. Ada aktifitas, tetapi bukan tindakan yang aktif. Dalam karya-karya kuno, kata kerja ini sering dikaitkan dengan kemalasan. Ada pepatah kuno mengatakan, "Janganlah menyukai tidur supaya engkau tidak jatuh miskin." "Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak dan orang yang lamban akan menderita lapar." 'Malas pangkal miskin,' begitu nasihat guru. Aktifitas pasif akan membawa seseorang atau masyarakat menuju kemiskinan. Bila kita berpikir lebih jauh lagi, memilih makan nikmat atau tidur nyenyak merupakan hasil dari dari dua sistem pemikiran yang berbeda. Setiap keputusan- disadari atau tidak- merupakan produk dari sistem berpikir. Begitulah natur dari prinsip 'think, then act.' Meminjam istilah para filosof, keputusan atau tindakan merupakan produk dari 'worldview.' Apakah memilih makan nikmat atau tidur nyenyak- inipun merupakan produk dari sistem berpikir. Keputusan atau tindakan apapun merupakan produk dari falsafah atau pandangan hidup. Istilah makan enak dan tidur nyenyak pernah digulirkan oleh Max Weber dalam karyanya yang terkenal, The Protestant Ethics and Capitalism. Istilah ini ia angkat untuk membandingkan perbedaan falsafah hidup antara orang Itali dan Inggris pada abad ke-17, 18 dan 19. Dalam karyanya setebal 450 halaman itu, Weber menyajikan pemikiran-pemikiran yang diterima dan dihidupi orang Itali dan Inggris, yang kemudian menentukan warna kehidupan yang berbeda. Oleh karena perbedaan falsafah hidup juga orang Itali memilih tidur nyenyak daripada makan nikmat (enak) sedangkan orang Inggris, khususnya Kaum Puritan, memilih makan nikmat (enak) daripada tidur nyenyak. Pemikiran-pemikiran yang diterima seseorang memang begitu berpengaruh dalam hidupnya dan akan menyentuh semua sendi-sendi kehidupannya. Dan bila dihidupi, pemikiran yang diterima akan menentukan proses pengambilan keputusan hidup seseorang dan masa depannya. Bila pilihan antara makan nikmat dan tidur nyenyak ditawarkan secara serius kepada Anda, mungkin jawaban Anda sekarang akan berbeda. Falsafah yang melatar-belakangi pilihan 'makan nikmat' bisa menuju kemakmuran. Falsafah yang melatarbelakangi pilihan tidur nyenyak akan membawa kepada kemiskinan. Kita diperhadapkan kepada pilihan 'makan enak' atau 'tidur nyenyak': Anda pilih yang mana?

KEPEMIMPINAN



Makalah Psikologi Sosial tentang "Kepemimpinan"

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Masalah kepemimpinan merupakan masalah yang telah tua (Friedler, 1967). Sejak manusia berkelompok di situ telah timbul masalah kepemimpina. Ini berarti bahwa kepemimpinan menyangkut kelompok, dan orang yang mengambil pimpinan dalam kelompok. Namun demikian kepemimpinan tidak hanya terlihat pada manusia, tetapi pada kalangan hewanpun tampak juga masalah kepemimpinan ini.
Pada dunia hewan pemimpin akan selalu berjalan di depan dan memberikan arah kepada yang dipimpinnya. Pada anak-anak akan terlihat siapa yang menonjol dalam perannya untuk mengatur teman-temannya, dan itulah pimpinannya. Pada gang di kalangan remaja, mereka juga mempunyai pemimpin sendiri dengan ciri-ciri tertentu. Pada dunia mahasiswa terdapat tokoh-tokoh mahasiswa yang dianggap sebagai pemimpin dengan ciri-ciri tertentu pula.

B.       Rumusan Masalah
Makalah ini memuat tentang definisi dari kepemimpinan, menjelaskan jenis-jenis kepemimpinan, fungsi kepemimpinan dalam kelompok, serta teori-teori kepemimpinan dalam kelompok.
C.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi sosial
2.      Menjelaskan kepada pembaca tentang definisi dari kepemimpinan
3.      Menjelaskan mengenai jenis-jenis kepemimpinan
4.      Menjelaskan tentang fungsi kepemimpinan dalam kelompok
5.      Menjelasakan beberapa teori-teori kepemimpinan dalam kelompok

D.    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini, yaitu:
1.      Agar pembaca dapat memahami pengertian kepemimpinan
2.      Supaya pembaca dapat memahami jenis-jenis kepemimpinan
3.      Supaya pembaca memahami fungsi kepemimpinan dalam kelompok
4.      Agar pembaca dapat mengetahui teori-teori kepemimpinan dalam kelompok.



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Kepemimpinan

Suatu hal yang wajar adanya beberapa pendapat para ahli mengenai kepemimipinan ini. Hal tersebut antara lain disebabkan karena sudut pandang yang berbeda antara ahli satu dengan ahli satu dengan ahli yang lain. Kemimpinan (Leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindaakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan, yang menyebabkan gerak dari masyarakat.
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan, dan ada pula kepemimpinan karena pengakuan dari masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Suatu perbedaan yang mencolok antara kepemimpinan yang resmi dengan yang tidak resmi (informal leadership) adalah bahwa berada di atas landasan-landasan atau peraturan-peraturan resmi, sehingga dengan demikian daya cakupnya agak terbatas juga. Kepemimpinan tidak resmi mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi, oleh karena kepemimpinan tersebut didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat. Ukuran benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan hasil pelaksanaan kepemimpinan tersebut yang dianggap menguntungkan atau merugikan masyarakat. Walaupun seorang pemimpin yang resmi tidak boleh menyimpang dari peraturan-peraturan resmi.
Ada beberapa defenisi tentang kepemimpinan yang satu sama lain dapat saling melengkapi.
1.      Menurut Boring, Langeveld, dan Weld:
Kepemimpinan adalah hubungan dan individu terhadap bentuk suatu kelompok dengan maksud untuk dapat menyelesaikan beberapa tujuan.
2.      Menurut George R. Terry:
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar dengan suka rela bersedia menuju kenyataan tujuan bersama.

3.      Menurut H. Goidhamer dan E. A. Shils
Kepemimpinan adalah tindakan perilaku yang dapat mempengaruhi tingkah laku orang lain yang dipimpinnya.
4.      Menurut  Ordeway Tead
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama menuju pada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan.
5.      Menurut John Petivner
Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.

Kepemimpinan ditandai leh ciri-ciri kepribadian dimana di dalam suatu situasi yang khusus mengambil peranan penting dalam usaha mencapai tujuan kelompok bersama-sama dengan anggota yang lain. Ciri-ciri ini secara fungsional berhubungan dengan pencapaian tujuan. Pemeliharaan serta memperkuat kelompok.
Dari beberapa perumusan yang berbeda-beda tersebut ternyata bahwa di dalam setiap masalah kepemimpinan akan terdapat adanya tiga unsur:
1.      Unsur Manusia
Yaitu manusia sebagai pemimpin ataupun sebagai mereka yang dipimpin. Bagaimana hubungan antara mereka itu didalam situasi kepemimpinan, bagaimana seorang pemimpin dan syarat-syarat kepemimpinan itu tanp melukan bagaimana seharusnya memperlakukan manusia itu sebagai manusia.
2.      Unsur sarana
Yaitu merupaka segala macam prinsip dan teknik kepemimpinan yang dipakai dalam pelaksanaanya. Termasuk bekal pengetahuan dan pengalaman yang menyangkut masalah manusia itu sendiri dan kelompok manusia. Dasar ilmu pengetahuan yang digunakan seperti psikologi, sosiologi, menegemen dan lain sebagainya.
3.      Unsur tujuan
Yaitu merupakan sasaran akhir kearah mana kelompok manusia akan digerakkan untuk menuju maksud tujuan tertentu. Ketiga unsur tersebut dalam pelaksanaannya selalu ada dan terjalin erat satu sama lain. (Wiyono Hadikusumo, 1973). 



B.       JENIS-JENIS KEPEMIMPINAN

Klasifikasi pemimpin berdasarkan pada cara atau pendekatan yang dilakukan oleh pemimpin, yaitu:
1.      Kepemimpinan Otoriter
Pemimpin ini menentukan segala-galanya. Semua aktivitas kelompok dijalankan atas instruksi pemimpin. Pemimpin mengatur dan mendikte anggota. Anggota hanya sebagai pelaksana perintah pemimpin. Anggota tidak pernah diberitahu tentang rencana-rencana yang akan dilaksanakan oleh kelompok. Kedudukan pemimpin seolah-olah terpisah dari yang dipimpin. Sebab pemimpin berhubungan dengan anggota hanya pada saat memberikan instruksi atau perintah. Pemimpin tidak ikut serta dalam kegiatan kelompok.
Pemimpin otoriter menentukan kebijaksanaan kelompok, ia sendiri yang membuat sebagian besar perencanaan, ia sendirilah yang secara penuh menentukan kegiatan kelompok, mendikte kegiatan anggota serta pola antar hubungan anggota, membuat keputusan atas hadiah dan hukuman bagi anggota. Oleh karena itu nasib setiap individu di dalam kelompok berada di tangan pemimpin.
Ada berbagai cara untuk memperkuat dan melindungi status kepemimpinannya, antara lain dengan mencegah anggota dari keikutsertaan dalam pencapaian tujuan kelompok, mengontrol keterlibatan anggota menjadi tergantung, dan tujuan kelompok menjadi tidak jelas.
2.      Kepemimpinan Demokratis
Pemimpinan menempatkan anggota sebagai kawan dan bukan sebagai orang yang dipekerjakan. Tugas dan kewajiban dijalankan bersama-sama dengan pemimpin. Tanggung jawab dibagi-bagi di antara semua anggota. Apabila ada kesalahan anggota, diperingatkan dengan cara yang bijaksana.
Pemimpin demokratis berusaha menampilkan keterlibatan dan keikutsertaan yang maksimum dari setiap anggota dalam kegiatan kelompok dan dalam menentukan tujuan kelompok. Ia berusaha membagi tanggung jawab dengan anggotanya. Ia berusaha, mendorong dan memperkuat hubungan antara individu seluruh kelompok. Ia juga berusaha mengurangi ketegangan dan konflik dalam kelompok.
3.      Kepemimpinan Liberal
Pemimpin pasif, tidak berpatisipasi dengan kegiatan kelompo. Ia berada di luar kelompok, pemimpin tidak memimpin tetapi melepaskan anggota-anggotanya. Sir William Martin Conway mengadakan klasifikasi kepemimpinan berdasarkan atas peranan sosial yang dibawakan menjadi tiga macam, yaitu:
a.       Crowd Compeller
Ialah macam kepemimpinan yang dilakukan oleh seseorang yang mendapat panggilan kewajiban untuk melaksanakannya.
b.      Crowd Representative
Kepemimpinan yang dilakukan bersifat sementara, yaitu selama masa pengangkatannya untuk menduduki jabatan sebagai ketua kelompok. Dan kelompok itulah yang memilih dia sebagai pemimpinnya.
c.       Crowd Exponent
Pemimpin semacam ini pada saatnya yang tepat dan diperlukan dapat menggerakkan massa sedemikian hebat dan mengarahkannya pada sasaran tujuan yang dimaksud pula. Karena pemimpin tersebut dapat menduga apa yang terasa dan yang menjadi keragu-raguan mereka, kemudian dapat menggerakkannya sesuai dengan harapan yang sesungguhnya diinginkannya.
4.      Perkembangan Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan hasil daripada organisasi sosial yang telak terbentuk atau sebagai hasil dinamika daripada interaksi sosial. Sejak mula kala terbentunya suatu kelompok sosial seseorang atau beberapa orang di antara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif daripada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak lebih menonjol dari lain-lainnya.
Munculnya seorang pemimpin merupaka hasil dari suatu proses yang dinamis yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok tersebut. Apabila dalam saat tersebut muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok-kelompok tersebut akan mengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi adalah mungkin karena seorang individu yang diharapkan akan menjadi pemimpin, ternyata tidak berhasil membuka jalan bagi kelompok yang bersangkutan untuk mencapai tujuannya dan bahwa kebutuhan-kebutuhan warganya tidak terpenuhi.
Sifat-sifat yang diisyaratkan bagi seorang pemimpin, tidaklah sama pada setiap masyarakat, walaupun tidak jarang ada persamaan-persamaan di sana sini. Di kalangan masyarakat Indonesia perihal sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin, antara lain dapat dijumpai dalam apa yang merupakan tradisonal Indonesia, misalnya dalam “Astra Brata”  yang merupakan kumpulan seloka dalam Ramayana, yang memuat ajaran Sri Rama kepada Bharata, yaitu adiknya dari lain ibu.
Menurut Asta Brata, pada diri seorang raja berkumpul sifat-sifat dari delapan Dewa yang masing-masing mempunyai kepribadian sendiri. Kedelapan sifat dan kepribadian itulah yang harus dijalankan oleh seseorang raja (pemimpim) yang baik. Asta Brata dalam kakawin Ramayana, terdiri dari sepuluh seloka, di mana seloka pertama dan kedua, pada pokoknya berisikan hal-hal sebagai berikut:
a.         Bahwa Astra Brata merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
b.         Asta Brata memberikan kepastian bahwa seorang pemimpin yang menjalankannya, akan mempunyai kekuasaan dan kewibawaan sehingga akan dapat menggerakan bawahannya. Keadaan demikian dapat menghindari terjadinya krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan akan terjadi oleh karena pemimpin tidak berani untuk mengambil keputusan untuk bertindak dan oleh karena dia tidak jujur.

C.      FUNGSI KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK
Fungsi kepemimpinan adalah banyak dan bervariasi, tergantung dari problem pokok yang akan dicapai oleh kelompok itu. Reven dan Rubin menyebutkan empat fungsi pemimpin yaitu:
1.    Membantu menetapkan tujuan kelompok
Pemimpin adalah pembuat policy (policy maker) membantu kelompok dalam menetapkan tujuan apa yang hendak dicapai. Kemudian merumuskan rencana kerja guna mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Sebagai pelaksana, pemimpin mengkoordinasi kegiatan-kegiatan semua anggota kelompok sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2.    Memelihara kelompok
Selama perjalanan kegiatan kelompok, tidak dapat dielakkan terjadi ketidakcocokan di antara anggota yang sering diikuti dengan ketegangan dan permusuhan. Pemimpin diharapkan dapat meredakan ketegangan, perbedaan pendapat, dan secara umum menjaga keharmonisan kelompok.
3.    Memberi simbol untuk identifikasi
Anggota kelompok suatu ketika memerlukan simbol dimana mereka dapat mengidentifikasi dirinya seperti misalnya bendera, slogan atau simbol-simbol yang lain, misalnya untuk gerak jalan dan sebagainya. Pemimpin itu sendiri kadang-kadan juga sebagai simbol dan kelompoknya. Dengan mengidentifikasi dirinya  dengan pemimpinnya, diharapkan dapat dijaga kesatuan kelompok.
4.    Mewakili kelompok terhadap kelompok lain
Pemimpin mewakili kelompok dalam hubungannya dengaan kelompok atau orang lain, ia diharapkan dapat memecahkan problem dan ketegangan-ketegangan di antara kelompok dan membantu kerja kelompok dengan kelompok lain terhadap tujuan umum.

Knech, Crutchfield, dan Ballachey menyebutkan fungsi pemimpin lebih kompleks lagi. Fungsi itu adalah:
1.    Pemimpin adalah eksekutif
Peranan pemimpin yang nyata di dalam setiap kelompok adalah sebagai koordinator dan kegiatan kelompok. Dalam hal ini biasanya pemimpin tidak mengerjakan pekerjaan kelompok tetapi menugaskan kepada anggota kelompok yang lai, sedangkan pemimpin yang mengkoordinirnya.
2.    Pemimpin sebagai perencana
Pemimpinlah yang menentukan rencana bagi kelompoknya. Perencanaan ini adalah sebagai usaha mencapai tujuan kelompoknya.
3.    Pemimpin sebagai pembuat kebijaksanaan (policy-maker)
Salah satu fungsi yang paling penting dari pemimpin adalah menetapan tujuan kelompok dan kebijaksanaannya.
4.    Pemimpin sebagai orang yang ahli (expert)
Pemimpin kerapkali sebagai sumber informasi dan kecakapan (skill)
5.    Pemimpin sebagai wakil kelompok untuk hubungan keluar
Ia biasanya mewakili kelompoknya untuk berhubungan dengan luar. Ia membawa suara kelompoknya. Ia sebagai juru bicara (spokesmen) dari kelompoknya. Untuk itu ia harus dapat menafsirkan kebutuhan kelompoknya secara tepat.
6.    Pemimpin sebagai pengawas hubungan di dalam kelompok
Ia harus menjaga hubungan antara anggota di dalam kelompok itu sebaik-bainya.
7.    Pemimpin sebagai orang yang memberikan hadiah dan hukuman
Pemimpin yang menentukan tindakan-tindakan yang perlu memperoleh hadiah dan hukuman.
8.    Pemimpin sebagai wasit (pelerai) dan perentara
Dalam mengahadapi konflik-konflik di dalam kelompoknya pemimpin bertindak sebagai pelerai dan juga perantara, sehingga menghindarkan ketegangan-etegangan yang terjadi di dalamnya.
9.    Pemimpin sebagai contoh (teladan)
10.  Pemimpin sebagai simbol dan kelompok.
11.    Pemimpin sebagai pengganti tanggung jawab individual (perorangan)
From (1941) menyatakan dalam tulisannya tentang adanya kecenderungan untuk mendelegasikan atau mewakilkan tanggung jawabnya kepada pemimpinnya dalam beberapa hal.
12.    Pemimpin sebagai ideologis
Kadang-kadang pemimpin sebagai orang yang mencetuskan idiologi dari kelompoknya, ia harus menjaga sumber kepercayaan, nilai-nilai, serta norma daripada anggota kelompok.
13.    Pemimpin sebagai figur ayah
Dalam banyak hal pemimpin berfungsi sebagai ayah dari anggotaanya. Ia melindungi secara emosional bagi anggotanya, tempat memperoleh rasa aman dan sebagainya.
14.    Pemimpin sebagai tempat menumpahkan segala kesalahan (scapegoat)
Hal ini sesuai dengan fungsi bahwasanya pemimpin adalah penanggung jawab dari kelompoknya, sehingga kesalahan itupun, juga menjadi tanggung jawab pemimpin.

D.      TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK
Dalam kepemimpinan terdapat adanya beberapa teori. Bila dilihat dari teori kepribadian, seseorang pemimpi dilahirkan dengan sifat-sifat kepemimpinannya. Namun sebaliknya bila pandangan lebih menekankan kepada pengaruh lingkungan, maka pemimpin itu dibentuk oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan akan memberikan pengaruh sedemikian rupa hingga akan terbentuklah pemimpin itu.
Stogdill (1974) memberikan gambaran adanya berbagai-bagai macam pendapat atau teori mengenai pemimpin dan kepemimpinan ini. Teori-teori tersebut adalah:
1.      Greatman Theory
Sementara ahli kena pengaruh pandangan Galton mengenai latr belakang keturunan dari orang-orang besar (great man), dan mencoba menjelaskan masalah kepemimpinan dikaitkan dengan keturunan. Kelompo teori ini mempelajari sifat-sifat yang menonjol dari para pemimpin yang berhasil. Sifat-sifat apa yang dimiliki oleh pemipin tersebut dan kemudian dikaitkan dengan latar belakang keturunan atau herediternya sebagai faktor pendukung. Kelompok ahli ini menjurus pada teori traits of leadership.
2.      Environmental Theory
Pandangan ini menempatkan faktor lingkungan yang menyebabkan timbulnya pemimpin. Keadaan lingkungan menstimulasi seseorang melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi pada waktu itu, sehingga keadaan ini menimbulkan pemimpin tertentu. Pendapat atau teori ini tidak memperhatikan aspek-aspek predisposisi yang ada pada diri seseorang, sehingga pandangan ini menimbulkan pendapat bahwa pemimpin itu dibentuk oleh situasi atau keadaan pada waktu itu.
3.      Personal-situasion Theory
Westburg berpendapat bahwa dalam kepemimpinan mencakup baik sifat-sifat yang ada dalam diri individu (the affective, intelektual, and action traits of the individual) maupun kondisi dimana individu berada, atau lingungannya (the specific conditions under which the individual operates). Dengan demikian akan jelas bahwa teori atau pangangan ini melihat pemimpin merupakan hasil interaksi antara individu dengan kondisi atau situasi dimana individu berada.
4.      Interaction-expectation Theory
Teori ini lebih melihat pada interaksi antara pemimpin dengan kelmpok yang dipimpin. Teori ini lebih menitikberatkan dinamika interaksi antara pemimpin dengan yang dipimpin, dan melalui interaksi ini dapat dijaring keinginan-keinginan atau harapan-harapan yang dipimpinnya.
5.      Humanistic Theory
Pandangan atau teori ini lebih melihat pada fungsi kepemimpinan untuk mengatur individu atau kelompok yang dipimpinnya, untuk merealisasikan motivasinya agar dapat bersama-sama mencapai tujuannya. Oleh karena itu yang penting dalam teori ini ialah unsur organisasi yang baik, dan dapat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan kelompok yang dipimpinnya.
6.      Exchange Theory
Dengan interaksi diharapkan adanya saling harga-menghargai antara pemimpin dengan yang dipimpin, sehingga pemimpin dengan yang dipimpin bersama-sama adanya kepuasan dalam mencpai harapan-harapannya, tujuan atas dasar kebersamaan.



BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Kemimpinan (Leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Adapun jenis-jenis kepemimpinan yaitu: kepemimpinan otoriter, kepemimpinan demokratis, kepemimpinan liberal, serta perkembangan kepemimpinan.
Dan fungsi dari kepemimpinan dalam kelompok yaitu, membantu menetapkan tujuan kelompok, memelihara kelompok, memberi simbol untuk identifikasi, dan mewakili kelompok terhadap kelompok lain. Dan yang terakhir teori-teori kepemimpinan dalam kelompo antara lain: greatman theory, environmental theory, personal-situation thery, interaction-expectation theory, humanistic theory, dan exchange theory.
B.       Saran
Penulis mengaharapkan semoga dengan penulisan makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca terutama kita sebagai calon pendidik dan konselor dapat memahami mengenai pengertian kepemimpinan, jenis-jenis kepemimpinan, fungsi-fungsi kepemimpinan dalam kelmpok, serta teori-teori kepemimpinan dalam kelompok.



DAFTAR PUSTAKA


Abu Ahmadi. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Bimo Walgito. (1999). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: CV Andi Offset

Filsafat Pendidikan: MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PENDIDIKAN



MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PENDIDIKAN

A.    Manusia Sebagai Makhluk Yang Perlu Bantuan
Dibandingkan dengan makhluk lainnya manusia dalam kehidupannya layak mirip hewan,dia makan,bergerak,bernafas,bersuara dan perkembang biak dan juga mempertahankan diri kalau menghadapi bahaya.Tapi ia mempunyai keahlian-keahlian khusus dan pola kehidupannya serta martabat manusia diatas hewan: Dengan kesadaran akan kemungkinan dan kemampuan menggunakan alat sekaligus merupakan permulaan manusia yang berbudaya dan kehidupan hewan.
Perbedaan dalam struktur yang kecil saja dalam kehidupan manusia
dapat membuat akibat yang jauh pada kemampuan dan kemungkinan manusia.karena manusia adalah makhluk yang aktif dan kreaktif dalam kehidupan alam lingkungannya.kesadaran akan dirinya mencakup pula kesadaran akan kemampuan dan ketidak mampuannya.
Manusia tampil dalam corak kehidupan yang beraneka ragam,itulah salah satu Cuma kehidupan manusia saat ini baik dalam status sosialnya,ekonomi pandangan sikap hidup,kebiasaan,perilaku,pekerjaan dan pencariannya dalam segala penampilannya.betapa sulit kita melihat orang yang mempunyai gaya hidup yang sama.

Karena manusia dilahirkan tidak dengan suatu spesialisasi ,tertentu berbeda dengan hewan,misalkan ikan dilahirkan dengan kemampuan berenang,burung dengan kemampuan terbang dan sebagainya.sedang kita manusia dilahirkan terlalu dini sebelum ia mendapatkan atau dipersiapkan dengan suatu spesialisasi tertentu,sebelum ia menolong dirinya sendiri ia sudah terlanjur dilahirkan (peursen 1981) akibatnya:
1.      Setelah dewasa kehidupan manusia menunjukan keragaman dalam memenuhi kebutuhan primernya makan,lindungan (perumahan),pergaulan,bahasa yang digunakan,cara mempertahankan diri dan tantangan lingkungan dan sebagainya.
2.      Karena saat dilahirkan manusia tidak memiliki spesialisasi tertentu maka spesialisasi itu diperolehnya setelah ia lahir.
Memang manusia dilahir kandemikian.yang belum dapat menolong dirinya sendiri,dan juga dengan hal yang sangat vital bagi kelangsungan hidupnya.oleh karna itu pada saat tersebut dan masih lama setelah itu ia masih perlu dibantu.dengan kata lain pada saat itu manusia berada dalam keadaan perlu bantuan dari pihak lain.tanpa bantuan dari pihak lainnya mustahil manusia dapat melanjutkan dan melangsungkan hidupnya.

B.     Dunia Manusia Sebagai Dunia Terbuka
Proses saling mengisi dan mengimbangi tidak dirasakan sebagai suatu yang rumit dan sulit.orang tua merasa tanggung jawab,kasih sayang dan kepercayaan untuk memberikan bantuan kepadanya dalam rangka memungkinkan kelangsungan hidupnya,karena anak itu adalah anaknya.sedangkan anak merasa wajar perlu bantuannya dipenuhi oleh orang tuanya.
Dalam proses ini ia perlu menentukan kepribadian eksistensi,arah hidup,corak,arah dan tujuan hidupnya karena baginya tidak disodorkan alam siap pakai ready to wear.untuk memenuhi kebutuhan itu teori retardasi dan bolk membatasi perbedaan manusia dengan hewan
1.      Inisiatif dan daya kreasi manusia
2.      Kemampuan manusia untuk merealisasikan kehidupannya
3.      Kesadaran manusia akan lingkungannya
4.      Keterarahan kehidupan manusia kepada lingkungannya
5.      Kesadaran manusia dan tugasnya dalam lingkungan hidupnya
Bagi manusia lingkungan hidupnya tidak sekedar “umbgebung”atau yang melingkunginya melainkan mengundang untuk mengolah dan mengharapkannya serta sebagai lapangan pekerjaan.mengenai perbuatan manusia dan lingkungannya terdapat 2 pandangan ekstrim yang saling berlawan:
1.      Pandangan Leibniz teori monade
Yang memandang pribadi aktif dalam hidup,tanpa mendapat pengaruh dari luar.sehingga manusia merupakan penyebab,bukan akibat dan lingkungannya.
2.      Pandangan Epifenomenalis
Yang menganggap pribadi hanyalah efek atau akibat dan system perserapan yang tidak berdaya sama sekali.
Kalau pandangan itu tidak dapat diterima karena manusia sekaligus sebagai akibat dan penyebab,cuaca maupun efek pasif maupun aktif terhadap lingkungannya.ia mampu untuk memilih dan berinisiatif ,akan tetapi juga eksistensinya tidak dapat dilepaskan dan lingkungannya(Brightman).
Beberapa pendapat para ahli tentang manusia yaitu:
Manusia bukan benda manusia adalah dialog,sehingga ia selalu ada dalam pertautan dengan lingkungannya dan kita hanya dapat menemukannya dalam keadaan seutuhnya manakala ia berada dalam situasinya.akan tetapi sebaliknya,setiap pelukisan situasi kongrit selalu menunjuk kepada orang yang menguhuninya(v.d Berg 1954)
Dan manusia tidak merupakan suatu yang selesai,melainkan yang harus digarapnya manusia menghayati dunianya sebagai suatu penugasan.(Vloemans)
Manusia mendunia dalam dunianya manusia bukan makhluk yang polos,manusia adalah makhluk yang terarah.terarah pada lingkungan,terarah pada Tuhan,kepada benda-benda sekitar,kepada sesama manusia,kepada dirinya sendiri,kepada dunia dan dunia tiadalah tertutup baginya(Drijarkara)
C.    Manusia Sebagai Makhluk Yang Dapat dan Perlu Dididik
Rumusan langeveld lebih dekat pada sasaranya manusia sebagai”animal aducation”manusia hewan yang perlu dididik,agar ia dapat melaksanakan tugas hidupnya secara sendiri 
Dan “animal educabile” bahwa manusia itu adalah hewan yang dapat dididik:
1.      Manusia dapat dididik
Yang menjadi objek kegiatan tidak begitu saja mau menerima apa yang dididikan kepadanya.suatu kegiatan yang keberhasilannya tercapai tidak semata-mata karena kegiatan itu sendiri,melainkan dengan kerjasama dengan objek kegiatan itu.suatu kegiatan yang bahkan araah dan tujuannya turut ditentukan oleh objek kegiatan itu.pendidik dan anak didik saling  mengisi dan mengimbangi.
Pendidik adalah pemberian bantuan pada anak dalam rangka mencapai kedewasaannya.
a.       Bahwa yang dibantu bukan tidak bisa apa-apa.
b.      Bahwa pencapaian kemandirian harus dimulai dengan menerima realita.
Selanjutnya Lungeveld menjelaskan:
a.       Manusia adalaah makhluk social,ia harus bergaul dengan sesama manusia.
b.      Manusia punya eksistensinya sendiri (individualitas).
c.       Manusia bersusila dan bermoral untuk mengarahkan perbuatannya.
d.      Manusia unik tidak ada identik satu dengan lainnya.
Keempat prinsip dasar antropologis dan pendidikan memberikan landasan kokoh untuk membuktikan manusia perlu dididik.   
2.      Manusia sebagai makhluk yang perlu dididik
Pengajaran dan latihan saja belum cukup membuat bertindak susila untuk itu perlu pendidikan karena:
a.       Manusia tidak dilahirkan secara dewasa dan ia tidak dapat bertindak secara mandiri dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.
b.      Kemampuan untuk hidup tidak cukup untuk mempercayakan pada instingnya saja yaitu pertumbuhan dari dalam dirinya.
c.       Tidak mengikuti dorongan-dorongan nafsu saja yang tidak selaras dengan martabat manusiawi.
Maka tidak ada jalan lain dan pada keharusan untuk mengikuti bahwa manusia adalah makhluk Yang perlu dididik (Langeveld,1969)
D.    Batasan-Batasan Pendidikan
Sebenarnya dapat 2 pertanyaan batas pendidika dan batas untuk kemungkinan mendapat pendidikan (untuk dididik),(Langeveld,1969).kita meaksanakan pendidikan dengan waktu atau dengan tujuan dan pribadi dididik yang mana,baru dapat kita tentukan batasnya.Dan sebelum menjawabnya tentu kita harus mengetahui arti pendidikan yang kita gunakan:
Pendidikan pendahuluan yaitu belum terdapat hubungan wibawa antara pendidik dan anak didik(Langeveld)
Pendidikan bertujuan untuk mencapai kedewasaan.kalau kedewasaan telah tercapai maka pendidikan telah selesai.
Pendidikan dewasa dan pendidikan seumur hidup sama dengan pembinaan atau meningkatkan diri bagi orang dewasa.
Sekarang batas kemungkinan dididik berdasarkan beberapa hal:
a.       Ada hal alami yang dibawa anak sejak lahir,yaitu bakat dan jenis kelamin.
b.      Ada ajar yaitu pengaruh orang disekitarnya.
c.       Ada dasar dan ajar gabungan keduanya.